......... Selamat Tahun Baru 2013, Semoga Kita Semakin Sukses .........

Senin, 31 Desember 2012

DAHLAN ISKAN BICARA SOAL TERNAK SAPI INDONESIA

DAHLAN ISKAN BICARA SOAL TERNAK SAPI INDONESIA


Gebrakan Dahlan Iskan tidak hanya berhenti di sektor energi Listrik, polemik Impor Gula dan Jalan Tol, tetapi ternyata merangsek masuk juga di sektor peternakan. Ketika berkunjung di Yogyakarta menjadi pembicara pada sebuah seminar “Pemimpin Muda Belajar Merawat Indonesia” yang diselenggarakan oleh Fakultas Hukum UGM Yogyakarta, 29 Maret 2012, sedikit menyinggung masalah pembangunan sektor pertanian termasuk subsektor peternakan.
 
Meski hanya sekilas namun nampaknya menteri yang penuh dengan kejutan dan gebrakan ini, begitu memahami benar akan basis kuat Negara Indonesia adalah harus bertumpu pada bidang agraris. Ia mencontohkan di negeri Cina yang dikenal dengan pertumbuhan ekonominya tertinggi di dunia, bahwa petani begitu diperhatikan kesejahteraannya. Meskipun lahan pertanian yang digarap oleh petani di Cina hanya merupakan pinjaman dari Negara, dan petani hanya sebagai penggarap, namun toh jauh dari sejahtera di banding dengan petani Indonesia.
 
Indonesia memang tidak menganut paham sosialisme yang menguasai tanah dan hasil tambang oleh Negara, namun jika menilik dan merujuk kepada pasal 33 UUD 1945 (Amandemen) bahwa semang­at untuk mensejahterakan warga Negara juga nyaris mirip sekali. Pada pokok substansinya amanat Konstitusi Indonesia, bahwa tanah dan hasil bumi yang berada di dalamnya di kelola oleh Negara untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat.
 
Berbicara tentang basis kuat dan tumpuan pembangunan Indonesia, yang seharusnya dipilih menurut mantan pimpinan perusahaan raksasa media Jawapos Grup ini, tiada lain memang bidang pertanian. Untuk itu, Dahlan merasa sangat heran sekali kenapa Indonesia harus impor daging dan ternak sapi, jika potensi dan sumber daya alam yang ada sebenarnya mampu dioptimalkan.
 
Ia pertama menggebrak perusahaan bibit padi PT Sang Hyang Sri untuk meningkatkan produksi bibit dan kualitasnya. Kemudian dilanjutkan dengan merevitalisasi PT Berdikari. Seperti kita ketahui, bahwa perusahaan itu didirikan sebenarnya untuk mengembangkan peternakan sapi di Indonesia. Namun justru kini lebih banyak bergerak di usaha me­bel dan pariwisata. Akhirnya ujar Dahlan di depan peserta seminar, ia perintahkan menutup usaha yang tidak terkait dengan misi dan tujuan didirikannya Perusahaan itu, dan kini kembali beralih ke sektor peternakan sapi.
 
Menurut Dahlan, sangat tidak masuk akal jika keluhan ketersediaan pakan untuk ternak sapi di Indonesia tidak mencukupi. Sebab perusahaan perkebunan Negara yaitu PTP misalnya, banyak tersedia lahan kosong yang infrastrukturnya sudah tersedia dengan baik. Akan tetapi lahan sela yang kosong itu tidak dimanfaatkan, bahkan limbah perkebunan sawit, kopi, teh dan nanas, serta cengkeh belum dimanfaatkan  secara optimal.
 
Maka PT Berdikari kini menurut Dahlan, harus fokus dan serius menggarap usaha peternakan sapi. Untuk tahun 2012 ini Dahlan menugaskan kepada PT Berdikari agar mampu memasok 100.000 ekor sapi bagi kepentingan domestik. Impor daging dan ternak sapi harus segera di akhiri, jelas Dahlan. Kemudian tahun 2013 mendatang menurutnya target nya 250.000 ekor sapi.
 
Menurut Dahlan, keluhan tiadanya infrastruktur bagi pengembangan ternak sapi di kawasan PTP pada saat ini sudah tidak pantas dikeluhkan oleh para investor plat merah maupun swasta, khususnya BUMN yang bertugas di sektor pertanian.
Dahlan menjelaskan bahwa kawasan perkebunan yang dikelola oleh Negara (misalnya PTP) umumnya adalah peninggalan kolonial Belanda dan sebagian kecil hasil pembangunan bangsa Indonesia pasca merdeka, merupakan kawasan yang sudah sangat mapan kesediaan infrastrukturnya. Mulai dari jalan raya yang relatif panjang dan memadai menuju kota pelabuhan, jaringan irigasi yang tersedia sudah tertata representatif serta tersedianya pasokan energi listrik yang mandiri. Selain itu sebagai kota satelit, kawasan perkebunan selalu melimpah tersedia tenaga kerja yang handal dan juga tersedianya lahan maupun limbah perkebunan untuk ternak sapi.
 
Hanya sayangnya memang paparan sepintas namun cukup mendalam itu, tidak mendapat tanggapan dari peserta yang sebagian besar adalah civitas akademika fakultas hukum. Maka menjadi menarik jika ASOHI, GOPAN atau ISPI maupun PDHI mengagendakan sebuah pertemuan khusus yang membahas masalah pembangunan peternakan dengan menteri yang memang konsern terhadap potensi domestik. Alangkah kecewanya jika kemauan mulia dan ide Dahlan ini tidak mendapat sambutan dari para pelaku usaha peternakan dalam negeri.
 
Momentum menarik ini memang harus segera direspon oleh organisasi profesi peternakan dan para pelaku usahanya. Kita patut menunggu siapa yang lebih dahulu memulai ! Apakah ASOHI memulai lebih dahulu? Atau malah ISPI dan PPSKI? (iyo)


Sumber : http://peternakanwahyuutama.blogspot.com/2012/09/dahlan-iskan-bicara-soal-ternak-sapi.html

Pasukan Semut untuk Target Balas Dendam Bulog

Pasukan Semut untuk Target Balas Dendam Bulog


Manufacturing Hope 43

Membuat pangan tidak lagi senggol-senggolan

Meski pengadaan beras tahun ini sudah mencapai 3,1 juta ton, Dirut Perum Bulog Sutarto Alimoeso masih terus keliling daerah. Hari Minggu kemarin, misalnya, Sutarto masih “liburan” di sawah-sawah di sekitar Jogja. “Tahun ini, target kami 3,6 juta ton,” katanya. Sebuah target yang ambisius yang membuat seluruh jajaran Bulog kerja keras tanpa weekend.

Bulog memang seperti sedang “balas dendam”: target satu tahun itu dibuat sama dengan hasil pengadaan beras selama dua tahun sebelumnya dijadikan satu. Bulog pun mengerahkan “pasukan semut” yang merayap ke desa-desa dan ke sawah-sawah di seluruh Indonesia.

Seluruh jajaran pemerintah memang terlihat all-out tahun ini. Besarnya impor beras tahun lalu (dan tahun sebelumnya) memang cukup membuat kita malu. Menko Perekonomian Hatta Rajasa hampir tiap minggu mengadakan rapat pengadaan beras. Menteri Keuangan Agus Martowardojo tahun ini mencairkan uang muka pengadaan beras lebih cepat dari biasanya.

Dan Tuhan memberikan iklim yang luar biasa. Tahun ini iklim sangat bagus bagi seluruh petani beras, tebu, dan tembakau. Hujan tahun ini sangat deras di awal tahun, berkurang di pertengahan, dan kering di musim kemarau. Panen padi melimpah di mana-mana. Panen tembakau mencapai puncak panen rayanya. Dan panen tebu menghasilkan rendemen yang luar biasa.

Di tengah krisis pangan dunia saat ini, iklim yang begitu bagus yang diberikan Tuhan tahun ini memang harus disyukuri dengan kerja keras. Apalagi kalau bulan depan Tuhan sudah memberikan hujan untuk Jawa. Saat ini hujan memang sudah sampai di Sumatera dan semoga, seperti diramalkan ahli cuaca, bulan depan sudah tiba di Jawa.

“Kalau sampai akhir Oktober belum ada hujan, kita memang harus waspada. Pengadaan beras bisa-bisa tidak mencapai target,” kata Sutarto.

Itu karena petani sudah sangat pandai. Begitu pertengahan Oktober belum ada hujan, petani tidak akan jual gabah lagi. Gabah tersebut akan ditahan di rumah masing-masing untuk cadangan pangan. Itu karena petani tahu, kalau hujannya mundur, musim tanamnya juga akan mundur, yang berarti musim panen berikutnya juga mundur. Mereka perlu cadangan pangan lebih banyak di rumah masing-masing.

Saat ini seluruh gudang Bulog penuh dengan beras. “Hari ini, beras kami yang ada di gudang mencapai 2,1 juta ton,” ujar Sutarto. Angka tersebut perlu dikemukakan karena Bulog belum pernah memiliki beras dari pengadaannya sendiri sebanyak itu. “Entah sudah berapa tahun kami belum pernah mencapai angka rata-rata setinggi ini,” katanya.

Kalau begitu, apakah tahun ini Indonesia sudah terbebas dari keharusan impor beras” Teoretis, beras memang sudah cukup. Impor tidak perlu lagi. Namun, keputusan untuk tidak impor beras sebaiknya juga tidak perlu kesusu. Kalaupun Indonesia perlu impor beras, tujuannya tidak lagi untuk mencukupi kebutuhan, melainkan sekadar untuk “jaga-jaga”.
Jumlahnya pun tentu tidak akan besar. “Jaga-jaga” itu juga penting mengingat kecukupan beras tidak bisa disepelekan “misalnya, sekadar karena untuk gagah-gagahan.

Semangat petani menanam padi memang menyala-nyala. Dengan harga beras sekarang ini, petani “lupa” menanam yang lain. Misalnya, kedelai. Sepanjang harga kedelai hanya sedikit di atas harga beras (apalagi sama dengan harga beras), tidak akan ada petani yang mau menanam kedelai.
Saat ini tanaman yang bisa bersaing dengan padi hanyalah tebu. Dengan perbaikan manajemen di seluruh pabrik gula BUMN, hasil gula yang diraih petani saat ini sangat memuaskan.

BUMN sendiri akan terus meningkatkan bantuannya untuk dua komoditas itu. Bahkan, pada musim tanam mendatang, program BUMN yang disebut Gerakan Peningkatan Produksi Pangan Berbasis Korporasi (GP3K), dengan program yarnen alias bayar setelah panen, dinaikkan dua kali lipat. Dalam program yarnen itu, BUMN memberikan pinjaman bibit unggul dan pupuk yang semuanya tepat waktu.

Dengan demikian, petani tidak asal membeli benih (misalnya, cari benih yang murah yang disesuaikan dengan kemampuan keuangannya). Demikian juga, petani tidak asal membeli pupuk, bahkan kadang tertipu pupuk palsu.

Mengingat hasil program yarnen tahun ini sangat menggembirakan, BUMN meningkatkan program yarnen hingga 3,2 juta hektare. Dengan program itu, sawah yang semula hanya menghasilkan 5,5 ton/ha bisa menghasilkan 7 ton/ha. Di atas kertas, program tersebut akan menyumbangkan kenaikan produksi beras hingga 1,5 juta ton setahun (dua kali panen).

Seluruh BUMN bidang pangan (PT Sang Hyang Seri, PT Pertani, PT Pupuk Indonesia, dan Perum Bulog) terjun secara “total-football”. Masing-masing mendapat jatah “yarnen” sekian ratus ribu hektare. Lengkap dengan kewajiban pembinaannya.

Manajemen di masing-masing perusahaan itu (termasuk anak-anak perusahaan mereka) memang sudah selesai ditata. Sudah siap terjun ke sawah lebih dalam. Konsep dream team tidak hanya berlaku untuk masing-masing perusahaan, tapi juga untuk seluruh klaster BUMN bidang pangan.
Tidak boleh lagi ada di antara perusahaan itu yang, misalnya, senggol-senggolan. Apalagi sikut-sikutan. Semua harus menyatu untuk kesuksesan program pemerintah di bidang pangan.

Bentuk kekompakan itu juga harus bisa dilihat di lapangan. Mereka sudah memutuskan untuk melakukan rayonisasi. Tidak akan ada lagi istilah “rebutan” lahan. Kalau di satu kecamatan sudah ada PT Sang Hyang Seri, misalnya, tidak boleh lagi PT Pertani masuk ke kecamatan itu. Apalagi dengan program yang berbeda. Itu akan membuat petani bingung.

Maka, minggu-minggu ini akan ada “serah terima” wilayah. Siapa yang harus mundur dari kecamatan tertentu dan siapa yang harus maju di kecamatan tersebut. Satu perusahaan punya tanggung jawab wilayah yang jelas.
Pemetaan sudah selesai. Terkomputerisasi. Bagi yang ingin tahu kecamatan apa di bawah binaan perusahaan yang mana, bisa dilihat di database BUMN bidang pangan. Lengkap dengan data kios-kios pertaniannya.

Perkiosan itu juga ditata ulang. Tidak berjalan sendiri-sendiri dengan modelnya sendiri-sendiri. Kios milik PT Sang Hyang Seri, misalnya, harus juga menjual produk PT Pertani, PT Pupuk Indonesia, dan Perum Bulog. Demikian juga sebaliknya.

Tidak boleh lagi petani dibuat mondar-mandir. Misalnya, untuk membeli bibit unggul harus mencari kios SHS. Lalu, untuk membeli pembasmi hama harus lari ke kios PT Pertani. Dan untuk membeli pupuk harus mencari kios PT Pupuk Indonesia. Semua barang harus ada di semua kios. BUMN mana pun pemiliknya.

Karena penataan tersebut menyangkut seluruh infrastruktur di seluruh kabupaten di Indonesia, pelaksanaannya perlu juga dikontrol. Mana yang sudah sempurna dan mana yang masih belum berjalan. Seluruh direksi BUMN pangan sudah all-out mengusahakannya, tapi siapa tahu masih ada yang terlena.

Arifin Tasrif, Dirut PT Pupuk Indonesia yang menjadi “ketua kelas” kelompok itu, juga sudah menyiapkan pasukan khusus: brigade hama. Di setiap kabupaten disiapkan satu brigade hama. Dilengkapi dengan sarana dan bahan-bahan yang diperlukan. Termasuk, data jenis-jenis hama yang biasa muncul di suatu kawasan.

Brigade hama tersebut sudah terlatih. Nama-nama anggota brigade pun sudah ditentukan untuk setiap kabupaten lengkap dengan nomor handphone mereka. Mereka juga wajib tinggal di kabupaten itu dan aktif memonitor lapangan.

Pembagian yang jelas tidak hanya menyangkut wilayah binaan, tapi juga bidang usaha. Dirut Sang Hyang Seri yang baru, Kaharuddin, memilih mengkhususkan diri di bidang penyediaan benih unggul. Titik. Tidak akan main-main di pupuk. Untuk 3,2 juta hektare program yarnen tersebut, misalnya, semua benihnya dicukupi SHS.

PT Pertani konsentrasi di bidang pascapanen. Dirut PT Pertani yang baru, Eddy Budiono, tidak perlu lagi berebut dan jegal-jegalan untuk memenangi proyek benih, misalnya. Atau memenangi proyek pupuk. PT Pertani akan konsentrasi pada penanganan gabah. Gedungnya yang baru di daerah Pasar Minggu nanti pun diberi nama Graha Gabah. Sedangkan PT Pupuk Indonesia akan sepenuhnya bertanggung jawab atas penyediaan pupuk dan brigade hamanya.

Ditingkatkannya program yarnen secara drastis itu sekalian untuk mengompensasi kemungkinan mundurnya program pencetakan sawah baru karena lahan yang dicadangkan di Kaltim ternyata tidak tersedia.

Program pangan ini memang besar, menantang, dan mulia. Manajemen yang diperlukan juga amat khas dan njelimet. Tapi, pengalaman menarik dalam menangani yarnen tahun ini telah menimbulkan optimisme yang besar untuk mampu melipatduakannya tahun depan.

Melihat senangnya para petani yang terlibat dalam program ini menimbulkan gairah untuk terus dan terus meningkatkannya. Deputi menteri BUMN bidang itu, M. Zamkhani, juga masih sangat muda dan energik untuk mengoordinasi semua itu. Musim tanam yang akan datang, insya Allah dua bulan lagi, adalah kickoff yang sebenarnya. (*)

Dahlan Iskan Menteri BUMN

Sumber :http://dahlaniskan.wordpress.com/2012/09/17/membuat-pangan-tidak-lagi-senggol-senggolan/

Problem susu etawa di Bukit Menorah

Problem susu etawa di Bukit Menorah

Manufacturing Hope 44
Sudah terlalu malam ketika saya tiba di Sumowono, desa di gugusan Bukit Menoreh, Purworejo, Jawa Tengah. Sudah terlalu gelap untuk bisa melihat kandang-kandang kambing di desa itu.
Saya salah perhitungan. Berbekal alamat saja ternyata tidak cukup. Rencana untuk tiba di desa itu pukul 17.00 pun meleset.

Jarak Jogja-Purworejo yang diperkirakan bisa ditempuh satu jam ternyata harus tiga jam. Untuk bisa keluar dari Jogja saja sudah memerlukan waktu satu jam sendiri. Proyek flyover di ujung ring road Jogja itu membuat lalu-lintas sore hari macet-cet.

Tapi, itu bukan menyebab utama. Kesalahan fatalnya karena saya salah memilih jalan: untuk ke desa Sumowono ternyata bisa lewat Godean. Tidak perlu masuk kota Purworejo. Tapi nafsu besar untuk bisa menikmati dawet hitam yang terkenal itu membuat saya ingin masuk kota Purworejo.

Akhirnya saya baru masuk desa itu pukul 20.30. Sepi. Gelap. Pak Lurah Maryono pun tidak di rumah. Untung bisa dicari untuk segera pulang. Sudah lama saya ingin ke desa ini karena keistimewaan kambingnya. Tapi tidak mungkin di kegelapan seperti itu saya bisa melihat di mana letak kecantikan kambing-kambing Sumowono.

Maka saya putuskan saja bermalam di desa itu. Baru pagi-pagi keesokan harinya keinginan melihat kambing istimewa itu terlaksana. Sambil menikmati hawa sejuk pagi hari di Bukit Menoreh.
Malam itu, di rumah Pak Maryono yang belum sepenuhnya jadi, kami bisa ngobrol lesehan dengan beberapa penduduk yang memelihara kambing bantuan BUMN. Saya ingin melihat sendiri kenyataan di lapangan apakah Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) BUMN itu benar-benar sebaik yang dilaporkan.

Kian malam obrolan kian menarik. Suguhan singkong goreng dan pisang rebusnya enak sekali. Apalagi Bu Lurah Maryono juga menyuguhkan susu hangat dari kambing etawa, yang manisnya berasal dari gula aren produksi desa sendiri.

Obrolan di lantai malam itu kian lengkap karena Pak Bupati Purworejo, Drs Mahsun Zain, tiba-tiba muncul ikut lesehan. Inilah obrolan yang penuh canda karena banyak juga membicarakan masalah seks! Terutama hubungan seks antar kambing.

“Kalau terjadi hubungan seks, di sini, pihak wanitanya yang harus bayar,” ujar Warman, seorang penerima bantuan kambing etawa BUMN PT Jasa Raharja (Persero). “Sekali hubungan Rp 50.000,” tambahnya.

Waktu itu, 1,5 tahun lalu, Warman bersama 23 orang penduduk Sumowono menerima pinjaman Jasa Raharja masing-masing Rp 15 juta. Bunganya hanya enam persen setahun. Tiap orang bebas menentukan strateginya sendiri. Boleh membeli lima kambing kecil-kecil, boleh juga membeli tiga kambing yang sudah besar. Marwan membeli tiga kambing etawa: dua induk dan satu calon induk.
Sabtu kemarin, ketika saya di sana, kambing Warman sudah 14! Hanya dalam waktu 1,5 tahun.
Warman termasuk warga yang cerdas dalam menentukan strategi mengenai jenis kambing yang harus dibeli dengan uang Rp 15 juta itu. Sama-sama dapat pinjaman Rp 15 juta, ada yang saat ini baru memiliki 10 kambing.

Program ini memang sangat berhasil. Dari 23 orang yang tergabung dalam kelompok Ngudi Luwih, tidak satu pun yang gagal. Semua kambing mereka berkembang. Semuanya mampu membayar cicilan pertama sebesar Rp 5 juta.
Kalau toh ada yang belum memuaskan, program ini belum menyentuh penduduk yang termiskin di desa itu.


Soal inilah yang malam itu kami obrolkan sampai malam: bagaimana penduduk yang termiskin bisa dientas lewat program yang sama. Menurut Pak Lurah, masih ada 100 KK (dari 350) yang sangat miskin. Seratus KK tersebut kami kelompokkan: mana yang bisa segera ditangani dan mana yang harus tahap berikutnya.

Ternyata ada 40 KK yang bisa segera dibikinkan program yang sama. Pak Lurah bersama penduduk yang sudah terbukti mampu mengembangkan kambing, sepakat untuk bersama-sama menuntun 40 orang itu. “Baik Pak. Kami akan ikut membina mereka,” ujar Pak Lurah.

Awalnya, bantuan tersebut ditawarkan kepada siapa saja di desa itu. Tentu harus untuk membeli kambing etawa. Ini karena memelihara etawa sudah mendarah mendaging di pegunungan itu. Sudah sejak zaman Belanda. Tapi, ternyata, mereka yang tergolong termiskin tersebut tidak mau mendaftar.
Mengapa? “Mereka pada takut. Takut punya utang dan takut tidak bisa mengembalikan,” ujar Pak Lurah. Tapi setelah melihat banyak penduduk yang berhasil, sebagian dari 100 orang tersebut kini mulai berani.

Misalnya Pak Habib Abdul Rosyid. Habib adalah imam di masjid kecil di desa itu. Bacaan ayat-ayat Al Qurannya sangat baik. Habib hanyalah tamatan madrasah tsanawiyah (setingkat SMP), yang karena kemiskinannya tidak melanjutkan ke tingkat yang lebih atas.

Sehari-hari Habib (42 tahun) menjadi buruh tani, mencangkul atau mencari rumput. Habib juga memelihara enam kambing tapi milik orang lain. Habib hanya menggadu.
Usai salat subuh yang dia imamnya, saya ngobrol lesehan dengan seluruh jamaah di teras masjid. Tentu obrolan mengenai kambing etawa. Habib tiba-tiba mengajukan diri untuk mendapatkan bantuan Jasa Raharja.

“Mengapa tidak ikut kelompok yang pertama dulu?” tanya saya.
“Waktu itu saya takut Pak. Ternyata bapak-bapak ini berhasil semua,” ujarnya.
“Sekarang sudah berani?” tanya saya.
“Berani Pak. Saya harus berhasil. Saya harus maju. Dan lagi anak saya tiga. Sudah mulai ada yang masuk SMP. Sudah mulai memerlukan banyak biaya,” tambahnya.

Habib juga segera ingin berubah. Dari memelihara kambing biasa milik orang lain menjadi memelihara kambing etawa milik sendiri. Kambing biasa, kata Habib, memerlukan makan sangat banyak. “Dua kali lipat dari kambing etawa,” tambahnya. “Kambing etawa hanya sekali makan. Kambing biasa tidak henti-hentinya makan. Menjelang tidur pun masih makan,” kata Habib.
“Di musim kemarau seperti ini saya harus cari rumput sampai lima kilometer jauhnya,” katanya.

Salon Kambing

Kambing etawa adalah kambing yang dipelihara bukan karena dagingnya, tapi karena kecantikannya. Tubuhnya tinggi (90 cm), besar, indah, dan bulunya (khususnya bulu panjang yang tumbuh di bagian pantatnya) sangat seksi. Bentuk wajahnya manis seperti ikan lohan. Telinganya panjang menjuntai dengan bentuk yang mirip hiasan di leher.

Memang, orang memelihara kambing etawa karena harga jualnya yang tinggi. Satu ekor bisa mencapai Rp 10 juta. Mengalahkan harga kerbau sekali pun. Memang, memelihara kambing etawa seperti memelihara ikan lohan atau burung cucakrowo: untuk hobi. Karena itu peternak etawa harus amat rajin merawat kambingnya. Agar terlihat selalu cantik. Kalau perlu sesekali membawa kambingnya ke salon kambing.

Pagi itu kebetulan lagi hari pasaran kambing etawa di Kaligesing. Pak Bupati, yang pagi-pagi kembali ke Sumowono, mengajak saya ke pasar hewan. Seru! Inilah satu-satunya bursa kambing etawa di republik ini. Pemilik etawa datang dari berbagai kabupaten. Menurut catatan pintu retribusi, lebih 700 ekor etawa yang ditransaksikan hari itu.

Di tengah-tengah bursa itulah salon kambing dibuka. Pagi itu saya lihat banyak pemilik kambing yang antre: ada yang ingin mempercantik tanduknya ada pula yang ingin memotongkan kuku kambing mereka.

Dari segi penyakit pun, hanya satu yang ditakutkan: kanker payudara. Karena itu peternak harus rajin meraba-raba payudara kambing mereka. Begitu payudara itu terasa lebih panas dari suhu tangan yang meraba, haruslah segera disuntik. Kalau tidak, payudara itu akan mengeras, membiru, dan tidak sampai seminggu akan mati.
Apalagi, dalam setiap lomba, keindahan payudara termasuk yang dinilai. Kian indah payudaranya, kian mahal harga jualnya.

Tapi yang paling menentukan adalah kemampuannya memproduksi anak. Untuk itu peternak harus hafal kapan kambingnya mulai birahi. Ini bisa dilihat dari kemaluannya yang memerah, atau yang sepanjang malam gelisah, tidak mau tidur dan terus mengembik. Kalau sudah begini, peternak harus segera membawanya ke pejantan untuk dikawinkan.

Betina yang lagi birahi tersebut dimasukkan ke kandang pejantan. Pemiliknya harus selalu mengintip. Ini untuk memastikan apakah perkawinan sudah terjadi. Biasanya tidak lama. Dalam waktu setengah jam, perkawinan sudah terjadi dua kali. Cukup. Betinanya segera dikeluarkan dan dibawa pulang. Tentu setelah membayar Rp 50.000.
Setengah bulan kemudian, kalau belum terjadi tanda-tanda kehamilan, sang betina dikawinkan lagi.

Kali ini gratis.

Di satu desa Sumowono ini hanya ada tiga pejantan handal. Satu milik bersama di kelompok Ngudi Luwih. Yang dua ekor lagi milik perorangan. “Satu pejantan bisa melayani 40 betina dalam sebulan,” ujar Marwan. Berarti satu pejantan menghasilkan uang Rp 2 juta sebulan.

“Tidak boleh terlalu sering mengawini. Kualitas keturunannya bisa kurang baik,” tambahnya. Semua peternak mengharapkan kualitas kambing mereka baik agar harga jualnya kelak bisa tinggi.

Tidak boleh juga habis mengawini satu betina langsung mengawini betina lainnya. Pernah terjadi, kata Marwan, yang diharapkan lahir kambing dengan kepala hitam, ternyata yang lahir merah. Padahal jantannya berkepala hitam dan betinanya juga berkepala hitam. “Ini karena jantannya baru saja mengawini betina yang berkepala merah,” katanya.
Entahlah.

Yang jelas mayoritas peternak menginginkan bagian kepala sampai leher dan dada berwarna hitam.

Batas warna hitam dengan warna putih di bagian tubuhnya juga harus rapi. Telinganya juga harus hitam yang panjangnya mencapai 30 cm. Untung-untungan seperti inilah yang membuat tidak semua peternak bernasib baik. “Ada peternak yang waris dan ada yang tidak waris,” katanya.

Tentu saya akan meminta Jasa Marga untuk meneruskan program ini. Sampai yang 100 orang termiskin tersebut bisa tertangani. Desa ini memang sudah berhasil keluar dari status desa tertinggal, tapi 100 KK termiskin tersebut masih mengganjal.

Apalagi BUMN Hutama Karya juga sedang membangun jembatan yang roboh di desa itu dan sudah mengaspal jalan sepanjang 500 meter yang menanjak ke gunung.

Tentu masih ada lagi yang belum memuaskan: susunya! Belum ada upaya yang sungguh-sungguh untuk mengkoordinasikan susu kambing etawa ini. Penduduk memang sudah mulai biasa minum susunya, tapi belum sampai tingkat melakukan pemerahan tiap hari.
Ini karena belum ada perusahaan yang bisa sepenuhnya menampung seluruh susu kambing etawa di Kaligesing.

Padahal di kecamatan ini terdapat 70.000 kambing etawa. Padahal keistimewaan kambing ini, sebenarnya, karena kualitas air susunya itu!
“Satu liter susu sapi hanya berharga Rp 6.000. Satu liter susu kambing etawa Rp 15.000!” Ujar Agus Suherman, kepala bidang di Kementerian BUMN yang mengurus PKBL.
Apalagi minat ber-etawa terus meningkat. Pak Solikun, misalnya.

Tahun lalu Pak Solikun memiliki enam kerbau. Kini kerbau itu dia jual semua. Dia belikan etawa. Memelihara kerbau, katanya, bukan main susahnya. (Ini saya benarkan karena waktu kecil saya juga sering memandikan kerbau). Padahal harga satu kerbau kalah dengan satu kambing etawa yang baik.
Tak ayal bila di seluruh desa ini kini hanya tinggal ada lima kerbau. Ini pun rasanya tidak akan lama. Kerbau akan segera hilang dari desa etawa ini.(*)

Dahlan Iskan Menteri BUMN
Sumber : http://dahlaniskan.wordpress.com/2012/09/23/problem-susu-etawa-di-bukit-menorah/

Roti, Sosis, dan Nogosari setelah Radiasi

Roti, Sosis, dan Nogosari setelah Radiasi

Manufacturing Hope 51
Program menanam sorgum itu, rasanya, seperti baru diputuskan “kemarin”. Makanya, seperti tiba-tiba ketika Sabtu lalu saya sudah diminta untuk melakukan panen pertama.

Waktu begitu cepat berlalu. Pantaslah orang yang tidak biasa kerja cepat begitu mudah digilas waktu.
Memang, seperti dikatakan Direktur Utama PTPN XII Singgih Irwan Basri, anak buahnya langsung action dua hari setelah keputusan. Mereka pilih lahan 7,5 ha di Banyuwangi. Lahan yang marginal. Lahan yang tidak bisa ditanami padi. Lima jenis benih sorgum pun segera ditanam di situ.

Inilah uji coba untuk menentukan sorgum jenis apa yang paling cocok untuk iklim dan tanah di Indonesia. Hasilnya akan menentukan jenis mana yang akan ditanam secara besar-besaran mulai Februari nanti.

Mengapa sorgum?

Sorgumlah yang akan bisa mengurangi impor gandum kita yang mencapai 7 juta ton per tahun itu. Kita ini tidak bisa menanam gandum di Indonesia. Iklim kita yang dua musim tidak cocok untuk tanaman empat musim. Padahal, kita kian doyan mi dan roti. Akibatnya, kita harus terus-menerus impor gandum secara besar-besaran dari negara seperti Amerika Serikat.
Kita yang miskin terus menghidupi petani negara maju. Angka impor itu akan naik terus seiring dengan kegemaran kita makan mi dan roti yang terus meningkat.

Impor daging bisa saja akan berakhir kalau kita mau meningkatkan produksi ternak. Negara kita cocok untuk peternakan. Tinggal mau atau tidak mau. Demikian juga, kita bisa mengakhiri impor beras kalau kita mau meningkatkan produksi kita. Tapi, kita tidak akan bisa mengakhiri impor gandum. Kita tidak bisa menanamnya. Kita hanya bisa menyeruput mi dan melahap rotinya!

Harapan baru muncul ketika para ahli sorgum berkumpul di Kementerian Ristek empat bulan yang lalu. Saya dan Menteri Ristek Gusti Muhammad Hatta mengajak para ahli itu berdialog. Apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi impor gandum yang begitu besar. Muncullah kesimpulan bahwa sorgumlah yang bisa diandalkan.

Salah satu ahli sorgum waktu itu, Prof Dr Sungkono, sampai berlinang terharu ketika kemudian diputuskan bahwa BUMN akan menggalakkan sorgum. Secara besar-besaran. Apalagi, BUMN memiliki lahan yang luas yang belum semuanya bisa dimanfaatkan. Terutama lahan yang tidak bisa untuk tanaman padi, sawit, karet, teh, dan kopi.

Sang profesor sangat gembira karena ahli lulusan IPB itu merasa tidak sia-sia. Ketekunannya mendalami sorgum sejak muda sampai menjadi profesor akan sangat berarti.
Dari hasil panen perdana Sabtu lalu, jelaslah bahwa setidaknya dua jenis sorgum sangat baik hasilnya. “Satu untaian bisa mencapai 1 ons. Ini melebihi yang tertera di literatur yang menyebutkan satu untaian hanya 0,5 ons,” ujar Irwan Basri, Dirut PTPN XII.

Dua benih unggul itu belum punya nama. Untuk sementara disebut Citayam (karena dibenihkan di Desa Citayam) dan Numbu B. Jenis-jenis lain hanya menghasilkan separo dari itu.
Yang hebat, benih Citayam dan Numbu B adalah hasil mutasi genetik yang dilakukan para ahli kita sendiri di Batan. Penyilangan-penyilangan genetiknya dilakukan melalui proses radiasi sinar gamma. Yakni, melalui radiasi nuklir Co-60. Ahli-ahli di Batan mencari gen-gen terunggul untuk disilang dan dijadikan benih yang terbaik.

Dengan hasil Banyuwangi ini, BUMN sudah memanfaatkan temuan dan fasilitas yang ada di Batan. Yakni, benih sorgum dan proses pembuatan radioisotop untuk kedokteran nuklir. Kerja sama yang erat antara Batan (Ristek) dan PT Batantekno (BUMN) ternyata bisa membuat temuan-temuan dan fasilitas di Batan menjadi komoditas yang secara komersial sangat menguntungkan negara.
Berkat fasilitas yang ada di Batan, Dirut Batantekno Yudi Utomo Imardjoko bisa mengaplikasikan temuan termodernnya untuk memproduksi radioisotop yang sekarang mulai berproses untuk menguasai pasar Asia.

Berbeda dari padi, sekali tanam sorgum ini bisa untuk tiga kali panen. Begitu panen pertama, batangnya dipotong sampai pangkalnya. Lalu, akan tumbuh batang sorgum lagi. Tiga bulan kemudian, sudah bisa dipanen lagi. “Kami akan lihat berapa hasil panen dari ratoon pertama. Lalu, akan kami tunggu lagi ratoon yang kedua,” ujar Irwan.
Dengan demikian, sebelum penanaman besar-besaran Februari nanti, hasil panen ratoon pertama pun sudah bisa diketahui.

Citayam dan Numbu B masih punya kelebihan lain. Batangnya tinggi dan besar. Ketika saya menelusup ke dalam kebun yang siap panen itu, tidak bisa disangkal: ternyata tubuh saya ini pendek. Batang sorgum itu hampir 2 meter. Dengan batang yang tinggi, makanan ternak dari batang itu bisa lebih banyak. Demikian juga niranya.

Batang sorgum tersebut bisa menghasilkan nira sebagaimana tebu. Hanya, nira sorgum cuma bisa dipakai untuk gula cair. Tidak bisa untuk gula kristal. Maka, sekali tanam sorgum, kita bisa mendapat tepungnya, niranya, dan makanan ternaknya.

Itulah sebabnya dalam panen perdana tersebut Dirut PT Berdikari (Persero) Librato El Arif ikut hadir. Berdikari-lah yang akan menjadi pembeli seluruh makanan ternak tersebut. Sebab, PT Berdikari mendapat tugas untuk berfokus mengembangkan ternak secara besar-besaran. Tidak boleh lagi mengerjakan bisnis yang lain. Bisnis lamanya seperti mebel dan asuransi harus dilepas.

Tapi, PT Berdikari kelihatannya harus gigit jari. Jauh-jauh datang ke Banyuwangi, dia tidak akan kebagian makanan ternak itu. Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, yang kini lagi mengembangkan ternak sapi rakyat secara masal, minta agar makanan ternak itu digunakan untuk pengembangan sapi di Banyuwangi sendiri. Tentu saya mendukung permintaan Pak Bupati ini. Saya lihat beliau sangat serius dalam mengembangkan sapi di sana.

Banyuwangi berubah drastis di tangan bupati yang masih sangat muda itu (38 tahun). Semua tahu, hambatan utama pengembangan ternak adalah makanan ternak yang kian mahal. Dengan kebun sorgum yang mencapai ribuan hektare di Banyuwangi, sumber makanan ternak tersebut akan teratasi.

Secara nasional, hasilnya sama saja. Sapi itu datang dari Banyuwangi atau dari Sumatera, tidak ada bedanya. Yang penting bisa mengurangi impor sapi yang sangat besar itu.
Dan lagi, sorgum akan ditanam secara masal di Sulawesi oleh PTPN XIV dan oleh Berdikari sendiri. Lahan peternakan PT Berdikari di Sulsel yang mencapai 6.000 ha sudah diputuskan juga harus ditanami sorgum dalam skala besar.

Tahun depan adalah tahun pembuktian. BUMN harus menanam sorgum hingga mencapai 15.000 ha. Ini bukan kerja sembarangan. Hanya kemauan yang keras yang akan bisa mewujudkannya.
BUMN bertekad akan mewujudkan keyakinan bahwa kita ini mampu melakukan apa saja asal kita mau. Kita sering tidak bisa melakukan sesuatu bukan karena tidak mampu, tapi karena tidak mau!

Ibu-ibu dari PTPN XII pun punya kemauan yang keras. Sabtu lalu itu, untuk suguhan para tamu di Banyuwangi itu, ibu-ibu membuat berbagai macam kue yang semuanya menggunakan bahan berupa tepung sorgum: roti, sosis, nogosari… Saya coba memakan semuanya. Saya rasakan enaknya. (*)
Dahlan Iskan
Menteri BUMN

Sumber : http://dahlaniskan.wordpress.com/2012/11/12/roti-sosis-dan-nogosari-setelah-radiasi/

Setelah Persoalan Makanan yang Mahal Dipecahkan

Setelah Persoalan Makanan yang Mahal Dipecahkan


Manufacturing Hope 54
Dicari : 100.000 ekor anak sapi
Waktu : Tahun 2013
Pembeli : BUMN
Tujuan : Dipelihara sebagai sapi potong untuk membantu mengatasi kekurangan daging lokal

Itu bukan iklan biasa. Itu iklan yang sangat mendesak. Mencari 20.000 ekor anak sapi saja ternyata bukan main sulitnya. Apalagi 100.000 atau bahkan 200.000.
Maka, setelah teman-teman BUMN menekuni persapian selama enam bulan, rupanya diperlukan sebuah pertolongan. Teman-teman BUMN yang keahliannya berkebun sawit, tidak menemukan akal untuk mengatasi kekurangan bibit sapi.

Jelaslah bahwa mahalnya makanan ternak, yang dulu dianggap sebagai persoalan besar, ternyata bukan satu-satunya persoalan di bidang peternakan sapi. Soal itu sudah ditemukan jalan keluarnya: daun dan pelepah sawit ternyata bisa untuk bahan pokok makanan sapi yang murah. Daun dan pelepah sawit dihancurkan untuk dibentuk mirip rumput.
Tidak ada masalah teknis di sini. Tinggal diperlukan beberapa tambahan untuk kelengkapan nutrisinya.

BUMN memiliki sekitar 800.000 ha kebun kelapa sawit. Bermiliar pohon sawit menghasilkan daun dan pelepah yang luar biasa banyak. Begitu banyak daun sawit yang selama ini dibuang begitu saja di kebun.

Berdasar logika itulah, saya memutuskan untuk menugasi perusahaan perkebunan sawit milik BUMN untuk memelihara sapi. Ini agar bisa membantu kecukupan daging di dalam negeri. Selama ini kita masih harus impor daging dalam jumlah yang sangat besar.

Tahun lalu kita impor daging setara dengan kira-kira 300.000 ekor sapi. Tahun ini kita masih harus impor daging kurang lebih sebesar itu lagi. Pada awalnya kami membuat target yang agak ambisius: memelihara 100.000 ekor sapi di seluruh perkebunan kelapa sawit BUMN.

Jumlah itu, meski terlihat ambisius, masih terlalu kecil untuk bisa menutupi kekurangan daging dalam negeri. Karena itu, kalau saja target 100.000 ekor berhasil, jumlahnya akan terus ditingkatkan.
Ternyata tidak mudah mendapatkan bibit sampai 100.000 ekor. Semula ada asumsi bahwa kita kekurangan daging karena peternak kurang bersemangat memelihara sapi. Penyebabnya: makanan ternak terlalu mahal sehingga hasil penjualan sapi habis untuk membeli makanan ternak.
Kini BUMN memiliki sumber makanan ternak yang sangat murah dan melimpah. Ternyata itu belum juga menjadi solusi yang jitu.

Sulitnya mencari anakan sapi yang bisa digemukkan di ladang-ladang sawit telah terbukti menggagalkan target tersebut. Daerah yang biasa menjadi sumber anak sapi yang besar (Lampung, Jateng, Jatim/Madura, Sulsel, Bali) menjadi sasaran pencarian. Tapi, jumlah yang bisa dibeli sangat terbatas. Sampai akhir tahun ini diperkirakan hanya akan ada 20.000 ekor.

Mungkin dari NTB/NTT bisa diperoleh tambahan anak sapi. Tapi, ongkos angkut ke Sumatera sangat mahal. Jumlahnya pun tidak akan bisa mencapai 100.000 ekor, apalagi 300.000. Betul-betul perlu bantuan ide yang realistis dari siapa pun untuk memecahkan persoalan ini.
Sumber makanan ternak yang murah dan melimpah ada di Sumatera (barat). Sedangkan sumber bibit sapi ada di NTB/NTT (timur). Jarak barat-timurnya begitu jauh.

Memang ada ide yang kelihatannya masuk akal: makanan ternaknya yang dikirim ke timur.
Di kebun-kebun sawit di Sumatera bisa dibangun pabrik makanan ternak yang bahan bakunya dari daun sawit dan bungkil kelapa. Lalu bahan itu diangkut ke timur. Mengangkut makanan ternak lebih mudah dan lebih murah daripada mengangkut sapi hidup.

Tapi, ide yang kelihatannya hebat ini tidak bisa dilaksanakan. Daun sawit yang selama ini dibuang itu pada dasarnya menjadi pupuk bagi sawit itu sendiri. Kalau daunnya diangkut keluar dari kebun, hilanglah salah satu sumber pupuk alami kebun tersebut.

Ini berbeda kalau daun sawit tersebut dimakan sapi di lokasi yang sama. Sapi akan mengeluarkan kotoran. Kotoran sapi itulah yang dijadikan pupuk untuk menggantikan daun sawit yang hilang. Meski kehilangan daunnya, kebun sawit mendapat ganti dari kotoran sapi.
Bagaimana memecahkan ini? BUMN tetap ingin berbuat untuk ikut memecahkan persoalan kekurangan daging ini. Tapi, diperlukan ide-ide yang realistis dan bisa dilaksanakan dengan segera.

Salah satu ide baru yang ditemukan adalah ini: harus ada program khusus membuat anak sapi sebanyak-banyaknya di Sumatera. Dengan demikian, pengangkutan anak sapi ke kebun-kebun sawit tidak terlalu jauh.

Tapi, harus ada pendataan ini: ada berapakah sapi betina yang siap bunting di seluruh Sumatera?

Misalnya, ada 300.000 sapi betina usia bunting di seluruh Sumatera, BUMN bisa membantu para pemilik sapi untuk melaksanakan kawin masal melalui “kawin suntik” (inseminasi buatan).
Kementerian Pertanian sudah memiliki lembaga yang memproduksi sperma sapi dari benih unggul. Lembaga itu memiliki reputasi sangat baik. Bahkan, sudah dipercaya Jepang, Malaysia, dan beberapa negara tetangga. Mereka sering membeli sperma sapi buatan Malang itu karena harganya yang sangat murah dan mutunya yang baik.

Tingkat keberhasilan sperma sapi buatan negara maju memang lebih tinggi (96 persen). Tapi, karena harganya yang 30 kali lipat lebih mahal daripada sperma bikinan Malang, jatuhnya masih sangat mahal. Padahal, sperma bikinan Malang, meski tingkat keberhasilannya kalah, tidak beda jauh: 81 persen.

Dokter hewan Herliantin, ahli inseminasi buatan lulusan Universitas Airlangga Surabaya yang bekerja di lembaga tersebut, setuju dengan ide itu. Syaratnya, jumlah sapi betina di seluruh Sumatera mencukupi. Herliantin siap memasok sperma unggul sampai 500.000 paket.

Maka, teman-teman BUMN punya pekerjaan baru: mengumpulkan data sapi betina di seluruh Sumatera. Lalu melakukan koordinasi dengan dinas-dinas peternakan kabupaten: apakah para pemilik sapi betina bersedia diajak mengikuti program kawin suntik ini.

Menurut drh Herliantin, kini tidak ada lagi persoalan teknis maupun nonteknis. Dulu memang pernah ada persoalan nonteknis di Madura: sapi hasil kawin suntik dianggap haram. Tapi, setelah dilakukan berbagai penjelasan, akhirnya para ulama di Madura tidak mempersoalkannya lagi.

Dengan sudah ditemukannya sumber makanan sapi yang melimpah dan murah, persoalan ketersediaan anak sapi menjadi persoalan utama yang harus dipecahkan. Peternak memang lebih memilih usaha penggemukan daripada usaha memproduksi anak sapi.

Menggemukkan sapi cukup dalam waktu enam bulan. Cukup membeli anak sapi yang sudah berumur dua tahun. Enam bulan kemudian sudah bisa dijual.

Bandingkan kalau peternak harus fokus ke usaha memproduksi anak sapi. Mereka harus membeli induk dulu. Lalu dikawinkan. Kalaupun berhasil, 10 bulan kemudian baru beranak. Lalu harus memelihara anak itu dua tahun.

Total diperlukan proses pemeliharaan selama tiga tahun untuk bisa menjual anak tersebut. Selama tiga tahun itu biaya yang dikeluarkan sangat besar seiring dengan mahalnya makanan ternak.
Saya yakin, kalau persoalan ini dibuka di sini, akan banyak ahli dan praktisi yang bisa ikut memecahkannya. Prinsipnya, BUMN bersedia ikut membantu mengatasi kekurangan daging tersebut. Prinsip yang lain: BUMN memiliki sumber makanan ternak yang murah dan melimpah. Hanya lokasinya di Sumatera.

Tim BUMN pun akan dengan senang menerima ide-ide itu melalui email: ideaanaksapi@gmail.com. Siapa tahu, dan saya berharap, ada pemikiran yang bisa cepat diwujudkan. (*)

Dahlan Iskan Menteri BUMN
Sumber : http://dahlaniskan.wordpress.com/2012/12/03/setelah-persoalan-makanan-yang-mahal-dipecahkan/

Semua Luh dan Las Sudah Berganti Tus

Semua Luh dan Las Sudah Berganti Tus

Manufacturing Hope 56
Minggu pagi pukul lima kemarin. Hotel Borobudur Jakarta masih sunyi. Tapi, di dalam ballroom hotel itu hampir 1.000 orang menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan gegap gempita. Mereka adalah karyawan terbaik seluruh pabrik gula milik BUMN yang baru saja menyelesaikan musim giling 2012.

Mereka adalah para pekerja keras yang telah mengubah wajah seluruh pabrik gula hanya dalam waktu kurang dari setahun. Mereka adalah para “kopassus” yang untuk rapat kerja yang dimulai pukul 05.00 pun dalam posisi “siaaaap”!
Mereka berkumpul lagi kali ini untuk membahas hasil kerja keras mereka setahun terakhir. Juga untuk merumuskan perbaikan apa lagi yang harus dilakukan pada 2013 yang segera tiba.

Krebet Baru (Malang) dan Ngadirejo (Kediri) adalah dua pabrik gula dengan capaian terbaik tahun ini. Krebet Baru untuk kali pertama bisa mengalahkan pabrik gula swasta di sebelahnya. Ngadirejo yang dulu hampir dilepas ke swasta, hanya kalah tipis dari Krebet Baru. Bahkan, bisa jadi Ngadirejo lebih unggul kalau saja mulai gilingnya sedikit mundur, menunggu umur tebu sedikit lebih tua.

PTPN X, di bawah Dirut Subiyono, mendominasi prestasi tahun ini. Sembilan PG di bawah Subiyono semuanya masuk prestasi papan atas. Tapi, lonjakan terbesar sebenarnya diperoleh PTPN XI. Semula, 16 PG di bawah PTPN XI jelek semua dan banyak sekali yang rugi.

Bahkan, tiga di antaranya menjadi pasien UKP4 pimpinan Kuntoro Mangkusubroto itu. Tahun ini delapan pabrik di lingkungan PTPN XI sudah masuk prestasi papan atas.”UKP4 langsung mencabut status pasien di tiga pabrik gula tersebut.

“Intinya, semua harus disiplin,” ujar Andi Punoko, Dirut PTPN XI, menjawab pertanyaan mengapa PTPN XI bisa bangkit serentak seperti itu. “Disiplin tanam, disiplin bibit, disiplin pupuk, disiplin tebang, disiplin angkut, disiplin pemeliharaan, dan disiplin pengoperasian pabrik,” katanya.

Di samping pembenahan internal, dilakukan terobosan eksternal. Tahun ini seluruh pabrik gula memberikan jaminan rendemen minimal kepada petani tebu. Manajemen juga membuka diri setelanjang mungkin kepada petani. Bahkan, semua pabrik gula melepaskan begitu saja kepada petani gula yang menjadi hak petani.

Dengan demikian, tahun ini petani tebu mendapatkan hasil yang sangat baik. Di PTPN XI saja ada uang Rp 150 miliar yang dulu jatuh ke pihak ketiga, sekarang jatuh langsung ke petani tebu. Belum lagi rendemen yang naik dan harga gula yang bagus.

Karena itu, saya tegaskan tahun depan tidak boleh lagi pabrik gula meminjam dana dari pihak ketiga dengan cara seperti mengijonkan gulanya. Bank-bank BUMN sanggup menyediakan dana talangan itu.

Dengan modal kepercayaan petani tebu yang sudah pulih seperti itu, tahun depan bisa diharapkan keadaannya akan lebih baik lagi. Pabrik gula bisa mengenakan disiplin yang lebih ketat kepada petani, antara lain, demi petani itu sendiri. Misalnya, bagaimana petani hanya boleh mengirim tebu ke pabrik dalam kondisi MBS (manis, bersih, segar).

Artinya, petani tidak boleh mengirim tebu muda yang kadar manisnya belum cukup. Tebu yang dikirim juga harus bersih, tidak banyak campuran daun kering atau tanah. Tebunya harus masih segar, begitu ditebang harus langsung dikirim ke pabrik.

Prinsip MBS itu diterapkan tanpa tebang pilih. “Tahun ini kami menolak 100 truk tebu yang dikirim ke pabrik dalam keadaan tidak MBS,” ujar Administrator PG Ngadirejo. “Termasuk tebu milik bekas pejabat pabrik gula sendiri,” tambahnya. “Tidak ada lagi KKN,” katanya.

Maka, seperti halnya PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) yang dari rugi menjadi untung lebih Rp 300 miliar, PTPN XI pun yang tahun lalu rugi Rp 150 miliar tahun ini laba di atas Rp 100 miliar. Bahkan, sektor gula PTPN IX yang tahun lalu rugi hampir Rp 200 miliar tahun ini sudah laba Rp 15 miliar.

Sedangkan PTPN X tetap menjadi raja laba dengan total sampai Rp 500 miliar. “Pokoknya, kalau tahun lalu hanya luh atau las, kini sudah serba tus,” ujar Zamkhani, deputi Menteri BUMN Bidang Usaha Industri Primer. Maksudnya, dulu-dulu labanya puluhan atau belasan, kini serba ratusan miliar.
Begitu banyak pelajaran yang diperoleh dari terobosan-terobosan tahun ini. Dalam forum besar pukul lima pagi kemarin itu juga diadakan dialog tukar pengetahuan bidang tanaman, teknik, dan pengolahan. Para kepala bagian saling sharing keunggulan pabrik masing-masing.

Tahun depan giliran kondisi fisik pabrik yang harus berubah. Taman-taman, lantai-lantai, tembok-tembok, atap-atap, mesin-mesin, semuanya harus indah, rapi, dan bersih. Pabrik-pabrik itu harus bisa sebersih mal.
Lima bulan lagi saya akan kembali keliling seluruh pabrik gula BUMN. Benarkah saya sudah bisa melihat “mal-mal” di tengah kebun tebu itu!

Dahlan Iskan Menteri BUMN

Sumber : http://dahlaniskan.wordpress.com/2012/12/17/semua-luh-dan-las-sudah-berganti-tus/

Dahlan Iskan : Jeritan Listrik dari Kota di Sudut Negeri

Dahlan Iskan : Jeritan Listrik dari Kota di Sudut Negeri - Lupuzz Tarakan

Dahlan Iskan : Jeritan Listrik dari Kota di Sudut Negeri



SAYA ke Tarakan minggu lalu dan juga ke Nunukan. Yang tidak saya duga adalah ini: masyarakat lagi ribut (lagi) soal listrik yang mati terus. Di Tarakan ada pertanyaan besar, besar sekali, mengapa tidak mampu mengatasi krisis listrik. Pertanyaan itu besar sekali karena PLN di Tarakan sudah dibuat berbeda dengan PLN di daerah-daerah lain di Indonesia.

Status PLN di Tarakan (juga Batam) bukan lagi wilayah, atau cabang, atau pembantu cabang. PLN di Tarakan adalah PLN yang statusnya sudah mandiri. PLN-nya sudah berbentuk perusaan sendiri: PT PLN Tarakan. Di Tarakan PLN-nya sudah punya direktur sendiri, komisaris sendiri, dan organisasi sendiri.

 
 
 
Pertanyaan besarnya: mengapa direksinya tidak bisa membuat keputusan? Mengapa komisarisnya tidak menegur direksi yang tidak membuat keputusan? Atau, kalau direksinya sudah membuat keputusan, mengapa komisarisnya diam?

PLN di Tarakan bukanlah cabang atau wilayah, yang untuk memutuskan masih memerlukan petunjuk, atau arahan, atau sinyal, atau kerdipan, atau bisik-bisik, atau suara-suara gaib, atau apa pun dari atasannya. PLN di Tarakan tidak punya atasan. PLN Tarakan adalah atasan itu sendiri.

Kalau PLN Tarakan tidak bisa dan tidak mampu membuat keputusan, untuk apa PT PLN Tarakan diadakan? Bubarkan saja! Kembalikan saja statusnya sebagai cabang. Atau bahkan tidak perlu ada PLN agar masyarakat atau pemda punya inisiatif sendiri untuk mengatasi kebutuhan listriknya.

Tarakan bukan kota besar yang masyarakatnya tidak mampu mendirikan pembangkit listrik sendiri: asal diberi kesempatan untuk itu. PLN, kalau merasa tidak mampu, sebaiknya menyerah: lempar handuk. Jangan mengira hanya PLN yang bisa memproduksi listrik.

Masalahnya adalah hanya PLN yang diberi wewenang untuk mengatur listrik. Coba pemerintah beri satu contoh wilayah kecil seperti Tarakan untuk mengatasi listrik sendiri. Pasti bisa lebih baik. Apa pun jalannya.

Saya seperti menangis ketika berada di Tarakan minggu lalu. Saya membayangkan pemdanya yang sangat bergairah membangun sampai-sampai ingin membuat Tarakan sebagai Singapura mini. Saya membayangkan pengusahanya yang demikian antusias untuk berinvestasi di Tarakan, padahal banyak tempat lain yang bisa ditanami modal dengan hasil yang lebih baik. Saya membayangkan betapa bangganya orang Tarakan akan kotanya yang berkembang pesat belakangan ini. Semua itu seperti disiram air keras oleh PLN: ludes.

Memang, PLN rugi besar dengan tarif listrik semurah sekarang. Saya tahu itu. Tapi, persoalan pokoknya bukan karena tarifnya murah. Persoalan pokoknya adalah ongkos produksi PLN yang mahal!

Bahwa mengapa PLN memilih pembangkit yang ongkos produksinya mahal, itu bukanlah urusan rakyat. Rakyat tidak tahu itu! Itu urusan PLN sendiri. Rakyat Tarakan pernah membuktikan (8 tahun lalu) mau membayar tarif listrik termahal di Indonesia. Tidak apa-apa. Sampai-sampai waktu itu Tarakan dijadikan contoh nasional bahwa tarif listrik tinggi bisa diterima masyarakat asal pelayanan listriknya baik.

Tapi, ternyata kenaikan itu tidak digunakan sebagai kesempatan untuk mengatasi persoalan PLN secara mendasar. Kenaikan itu hanya bertujuan untuk mengatasi persoalan sementara. Hanya untuk menerima investor hit and run. Karena itu, kali ini, meski wali kota minta-minta ada lagi kenaikan tarif seperti dulu, sebaiknya jangan diterima dulu. Tolak dulu. Harus ada bukti bahwa kenaikan itu nanti untuk mengatasi persoalan yang lebih permanen.

Mengapa dengan kenaikan yang hebat dulu itu PLN tidak mampu mengadakan pembangkit yang ongkosnya murah? Mengapa kesempatan saat itu tidak digunakan untuk menarik investor yang mau membangun pembangkit yang ongkos operasionalnya murah? Mengapa kenaikan tarif saat itu justru hanya untuk menarik investor yang mendatangkan mesin jenis aneh - yang hanya cocok untuk situasi darurat? Bahkan, mengapa kalau ada orang yang mau membangun pembangkit dengan ongkos operasional murah -seperti yang saya lakukan di PLTU Embalut dekat Samarinda- tidak mendapat respons yang memadai?

Karena itu, kalau PLN Tarakan yang sudah berbentuk PT (perseroan terbatas) tidak mampu mengambil keputusan, benar-benar harus dibahas: untuk apa ada PT? Apakah PT PLN Tarakan sebenarnya hanya boneka dari monster PLN saja? (*)
 
Sumber : http://lupuzz.blogspot.com/2009/02/dahlan-iskan-jeritan-listrik-dari-kota.html

Harapan dari Dahlan Iskan

 
 
Analisis The Straits Times

Harapan dari Dahlan Iskan

Koran terbesar dan berpengaruh di Singapura The Straits Times (TST), Jumat (2/12) kemarin memberitakan satu analisis menarik tentang Menteri BUMN Dahlan Iskan.

"Untuk kalangan yang mengharapkan Indonesia menjadi baik, sosok Menteri Dahlan (Iskan, red) menawarkan harapan, bahwa sesuatu yang lebih baik akan datang," tulis Bruce Gale, penulis senior TST dalam penutup analisis satu halamannya itu.

Bruce memulai tulisannya dengan situasi berlarut-larut menjelang perombakan kabinet akhir Oktober lalu. Pengamat menilai perombakan itu lebih banyak memenuhi kepentingan koalisi partai pendukung Presiden Susilo Bambang Yudoyono, ketimbang perubahan nyata yang memperbaiki kinerja para menteri.

Di luar dugaan, tulis Bruce, perombakan itu membawa satu hal yang menarik, yaitu penggantian Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari Mustafa Abubakar kepada Dahlan Iskan. Menteri Mustafa menuai banyak kritik ketika tahun lalu mengeluarkan kebijaksanaan yang tak mulus dalam penjualan saham Krakatau Steel, salah satu BUMN milik Indonesia.

Dahlan Iskan, kata Bruce, dikenal berhasil membawa reformasi besar-besaran di tubuh PT PLN, sejak dipercaya menjadi direktur utamanya, tahun 2009. "Di situ Dahlan menunjukkan kemampuan manajerialnya," kata Bruce.

Tapi, bukan hanya itu kelebihan Dahlan. Pria 60-tahun ini berani tegas karena sudah cukup kaya dan sama sekali tak menunjukkan ambisi politik apa-apa. Alhasil, selama memimpin PLN Dahlan sama sekali tak bisa dipengaruhi oleh pengusaha dan politisi korup.

"Dahlan juga nyaman bekerja karena didukung oleh kekuatan potensial yaitu jaringan surat-kabar terbesar di Indonesia, yang ternyata ampuh mengatasi kendala ketika upaya reformasinya menghadapi kendala," kata Bruce.

Pengetahuan dan pengalamannya dalam bisnis media membuat Dahlan sangat akrab dengan media. Media melaporkan Dahlan menangis ketika ia mengumumkan penunjukannya sebagai Menteri BUMN. Bruce mengutip kata-kata Dahlan saat itu, "Saya katakan kepada Presiden bahwa saya sedih meninggalkan PLN karena kawan-kawan di sana saya tahu sudah bekerja sangat keras."

Komentar Dahlan itu, kata Bruce, bukanlah pernyataan normal jika dibandingkan para menteri baru lainnya yang diangkat presiden saat itu. Dahlan usai pelantikan menyetir sendiri mobil pribadi bersama istrinya dan ditumpangi oleh wakil menteri dan istrinya. Kebiasaan Dahlan berangkat ke kantor berjalan kaki saat menjadi Dirut PLN, kegemarannya memakai sepatu sneaker ketimbang pantofel kulit hitam (meskipun di perhelatan resmi), juga ditandai oleh Bruce.

"Itu di luar kelaziman figur nasional di Indonesia lainnya," kata Bruce.

Dalam analisisnya yang berjudul "Minister a Reformer Who Walk the Talk" mengutip analisis Agung Wicaksono, peneliti BUMN dari ITB. Agung mencatat keputusasaan orang melihat gaya hidup politisi di pusat kekuasaan Indonesia.

"Dahlan orang yang mampu mendukung perkataannya dengan tindakan," katanya.

Bruce menilai langkah awal Menteri Dahlan tepat, yaitu memangkas birorasi, memangkas rapat hingga 50 persen hingga akhir tahun ini. "Apa yang ingin saya lakukan pertama-tama adalah mengurangi campur tangan pemerintah di BUMN untuk memberi kebebasan dan otoritas kepada para direktur utamanya melakukan aksi-aksi korporasi," kata Dahlan.

BUMN di Indonesia sudah lama dibebani oleh reputasi tak bagus: manajemen yang buruk dan kerap kali menjadi sapi perah politisi korup, dan selama bertahun-tahun sangat resisten terhadap perubahan ke arah yang lebih baik.

Bruce mencatat, ada sejumlah hal yang bisa menjadi kendala langkah Dahlan Iskan. Pertama, tak seperti saat di PLN, di mana ia punya otoritas yang luas, saat menjadi menteri ia harus berkoordinasi dengan menteri lain untuk mencapai tujuannya. Penjualan aset, masuk ke bursa saham, misalnya, harus dengan persetujuan menteri keuangan. Mengutip sumber tertentu, Bruce mengatakan selama di PLN, Dahlan sering mengambil keputusan dengan sangat cepat, dan langkah tersebut kadang tak didukung oleh institusi negara lainnya.

Secara umum, Bruce mencatat, di bawah Presiden Yudoyono, Indonesia menjadi negara yang stabil kondisi makroekonominya, bisa menegakkan disiplin fiskal, dan pertumbuhan GDP yang kuat. Tetapi, untuk mencapai keberhasilan jangka panjang, Indonesia memerlukan menteri yang mampu mewujudkan janji-janji reformasi, meningkatkan efektivitas birokrasi dan melenyapkan korupsi. Harapan seperti itu, kata Bruce, bisa diharapkan dari sosok Menteri Dahlan Iskan. (hah)
 
Sumber : http://www.equator-news.com/utama/20111203/harapan-dari-dahlan-iskan

Dahlan : Pidato Tak Penting, yang Penting Kerja, Kerja, Kerja Menteri BUMN Dahlan Iskan

Menteri BUMN Dahlan Iskan Pidato Tak Penting, yang Penting Kerja, Kerja, Kerja

Kiki Supardi
Menteri BUMN Dahlan Iskan senam sehat bersama warga Kota Pontianak di halaman Plaza MTQ Untan, Senin (17/12)
Pontianak – Menteri BUMN Dahlan Iskan kembali mengunjungi Kota Pontianak, Kalbar, menjadi instruktur senam sehat. Tidak hanya senam, namun juga memberikan motivasi kepada peserta yang memadati halaman Plaza MTQ Untan tersebut, Senin (17/12).

“Sekarang pidato tidak penting, yang penting kerja, kerja, kerja,” ungkap Dahlan Iskan usai senam, tidak mau memberikan kata sambutan. Dirinya memotivasi peserta yang ikut senam untuk tetap semangat, sesuai motto yang selalu disampaikannya, “kerja, kerja, kerja”.

Senam yang bertajuk “Senam Sehat Bersama Dahlan Iskan” ini dihadiri ratusan peserta yang sejak pukul 05.00 sudah berdatangan.

Senam yang berlangsung sekitar setengah jam itu diselenggarakan sejumlah perusahaan BUMN seperti PTPN XIII, PLN Persero Cabang Kalbar, dan lainnya. Mantan CEO Jawa Post Group ini menyempatkan diri bersenam sebelum berangkat ke Ketapang untuk menghadiri tanam padi perdana program BUMN.

Dahlan tampak asyik mengikuti gerakan senam, bahkan sangat lepas menggoyangkan tubuhnya bersama peserta lainnya. Dahlan bertindak sebagai instruktur senam di atas pentas. Setelah senam selesai, Dahlan menjadi sasaran untuk berfoto ria oleh para peserta senam.

Dengan gerak yang tetap energik, Dahlan Iskan seolah tak lelah meski sejumlah aktivitas telah diikuti sehari sebelumnya. Menteri yang punya senyum khas tersebut dengan semangat mengajak peserta menggerakkan badan dari atas panggung yang sudah disediakan.

Dalam senam sehat tersebut disediakan beragam door prize. Mulai dari sepeda, kipas angin, sampai ke sepatu dan buku tulisan Dahlan Iskan. Sejumlah door prize tersebut merupakan sumbangan dari sejumlah perusahaan BUMN.

Menjelang senam selesai, satu per satu peserta senam diberikan kupon oleh panitia. Setelah senam usai, potongan kuponnya dikumpulkan untuk diundi. Dalam senam sehat tersebut terlihat hadir Rektor Untan Pontianak Prof DR Thamrien Usman DEA.

Selesai berfoto bersama dengan sejumlah karyawan perusahaan BUMN, Dahlan Iskan langsung memasuki mobil. Dirinya meninggalkan Kota Pontianak melanjutkan perjalanan ke Ketapang untuk melakukan penanaman perdana padi di atas lahan yang dikelola BUMN.

Dahlan Iskan tiba di Pontianak pada Minggu (16/12) malam sekitar 19.30 WIB. Dirinya dijemput menggunakan bus Perum Damri dari Bandara Supadio Pontianak. Setelah itu menghadiri acara makan malam di salah satu restoran di Jalan Gajah Mada Pontianak. (kie)

Sumber : http://www.equator-news.com/utama/20121218/pidato-tak-penting-yang-penting-kerja-kerja-kerja

BUMN Wujudkan Kawasan Pangan

Menteri BUMN Dahlan IskanJayadi

BUMN Wujudkan Kawasan Pangan

Dahlan: Jangan Banyak Omong, Lebih Baik Bekerja

Ketapang – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan akan menggarap kawasan pangan di Kalbar dengan area seluas 100 ribu hektare. Program tersebut telah diwujudkan dengan penanaman padi seluas tiga ribu hektare di Kabupaten Ketapang, Senin (17/12).

“Tanah sawah ini harus bisa menghasilkan padi, bukannya menghasilkan rumput. Jadi kita jangan banyak omong lagi, tapi lebih banyak bekerja, nanti air liur kita habis,” kata Dahlan Iskan di hadapan petani Desa Pelang, Kecamatan Matan Hilir Selatan, Ketapang, kemarin.

Kerja sama antara BUMN dengan petani ini merupakan pola bagi hasil. Lahan petani tetap menjadi milik petani, bukan dibeli oleh BUMN. Artinya petani masih mempunyai hak milik atas tanah tersebut.

“Ini kerja sama antara konsorsium dan BUMN untuk membawa tugas presiden, menciptakan lahan sawah berjuta-juta hektare di Indonesia,” papar Dahlan.

Dikatakan Dahlan, konsorsium BUMN akan menggarap kawasan pangan di Kalbar seluas 100 ribu hektare. Di Ketapang dicanangkan menjadi kawasan pangan seluas 40 ribu hektare. BUMN yang terlibat dalam penggarapan lahan meliputi PT Sang Hyang Sri, PT Hutama Karya, dan PT Indra Karya.

“Penanaman ini baru tahap pertama seluas tiga ribu hektare. Selanjutnya 30 ribu hektare lagi dan 50 ribu hektare dan seterusnya, hingga mencapai total 100 ribu hektare, khusus Kalbar,” jelasnya.

Lokasi sawah di Ketapang merupakan tanam perdana di Indonesia yang dilakukan Dahlan. Lahan pertanian tersebut akan dikelola secara efektif dan efisien. “BUMN akan all out dan habis-habisan mengerahkan yang punya uang, seperti BUMN dan bank-bank,” ujarnya.

Mengolah lahan menggunakan alat berat seperti hand tractor. Salah satu BUMN yang menggarap lahan, PT Sang Hyang Sri. Namun tidak bisa sendiri dan makanya melibatkan BUMN lain seperti PT Brantas, PT Hutama Karya, dan PT Indra Karya.

“Juga didukung BUMN lain seperti Pelindo, Perusahaan Gas Negara, Pertamina, BNI, Bank Mandiri, BANK BNI, BRI, PTP XIII, PT Askes, dan yang lainnya,” papar Dahlan.
Dahlan mengungkapkan, sejak lama Indonesia mengimpikan adanya sawah modern berskala luas. Keinginan itu dimulai sejak masa Presiden Soeharto, namun gagal total.

“Ketapang akan menjadi awal sejarah baru dalam penyiapan kawasan pangan di Indonesia. Kita tidak mau di zaman Soeharto terulang lagi kegagalan itu. Apalagi di Ketapang masyarakatnya sangat kompak, tidak akan berkelahi,” puji Dahlan.

Kepala Dinas Pertanian Ketapang K Syamsu Akhyar mengatakan lahan di Ketapang cukup luas dan siap mencapai target seperti yang diinginkan Menteri BUMN tersebut. “Produksi petani di Ketapang rata-rata 3,2 ton per hektare. Kita ditargetkan bisa mencapai lima ton per hektare, kalau lahan 100 ribu hektare, kita siap karena kita punya lahan seluas itu,” ungkap Syamsu.

Syamsu menjelaskan, lahan tidur di Ketapang sangat luas. Nantinya akan dioptimalisasikan menjadi kawasan pangan. “Ada empat kecamatan kawasan pangan kita yang nantinya akan dikembangkan, dan masih banyak lagi lahan di luar kawasan pangan,” jelas Syamsu. (jay)

Sumber : http://www.equator-news.com/utama/20121218/bumn-wujudkan-kawasan-pangan

Hari Ini Dahlan Iskan Tanam Padi di Ketapang



  
Senin, 17 Desember 2012

Hari Ini Dahlan Iskan Tanam Padi di Ketapang

Pontianak – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan hari ini (17/12) menghadiri penanaman padi perdana di lahan seluas tiga ribu hektare di Kabupaten Ketapang. Lahan pertanian tersebut dikelola petani dengan mitra BUMN.
“Insya Allah Pak Dahlan Iskan besok (hari ini, red) positif menghadiri tanam padi perdana di Ketapang. Bahkan malam ini sudah ada di Pontianak,” ungkap Hazairin, Kepala Dinas Pertanian dan Hortikultura Kalbar kepada Rakyat Kalbar, kemarin.
Sebelumnya, Hazairin mengatakan sejumlah BUMN yang tergabung dalam konsorsium akan mengembangkan kawasan pertanian di beberapa daerah di Kalbar. Rencananya mulai tahun 2013 dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas produk pangan, terutama beras.
Hazairin menjelaskan, BUMN tersebut di antaranya Perum Bulog dengan luas kawasan seribu hektare. Kemudian PT Pupuk Indonesia dengan luas kawasan yang akan dikelola berkisar antara 25 ribu hingga 50 ribu hektare. PT Sang Hyang Sri juga dengan areal yang sama, 25 ribu hingga 50 ribu hektare.
“Saat ini PT Sang Hyang Sri yang mengelola kawasan pertanian seluas tiga ribu hektare di Kabupaten Ketapang. PT Pertani juga akan ikut dalam pengelolaan kawasan pertanian,” ujar Hazairin.
Pengelolaan lahan yang dibantu konsorsium BUMN itu diharapkan meningkatkan produktivitas petani. Sedangkan dari pihak Kementerian Pertanian membantu benih subsidi, pupuk subsidi, serta alat pertanian.
“Secara nasional, pada 2013 ada 8,3 juta hektare lahan yang akan mendapat dukungan sarana produksi dan pupuk. Kementerian BUMN mengelola seluas 3,5 juta hektare,” jelasnya.
Hazairin mengatakan, Gubernur Cornelis sangat antusias mendukung konsep ketahanan pangan. Termasuk memberi rekomendasi untuk lahan yang akan digunakan sebagai kawasan pangan tersebut.
“Secara keseluruhan, ada lima kepala daerah di Kalbar yang wilayahnya siap dijadikan kawasan pangan. Total keseluruhan 100 ribu hektare lebih. Ini belum daerah lainnya,” kata Hazairin.
Lima daerah tersebut meliputi Kabupaten Ketapang, Sanggau, Pontianak, Kubu Raya, dan Landak. Inilah yang akan dikeroyok ramai-ramai oleh mitra BUMN. “Ini menunjukkan bahwa Kalbar sangat siap. Kalbar lebih maju dari provinsi lain, karena penanaman padi menggunakan mesin akan dilakukan di Ketapang oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan,” jelas Hazairin.
Sebelumnya, Menteri BUMN Dahlan Iskan akan memerintahkan PT Batan Teknologi (Persero) untuk melakukan iradiasi terhadap benih padi yang akan ditanami di tiga ribu hektare lahan pertanian di Ketapang, Kalbar. Iradiasi ini dilakukan agar mampu menghasilkan padi yang berkualitas.
“Benihnya diiradiasi oleh Batantekno. Saya akan perintahkan Batantekno supaya turun tangan,” kata Dahlan Iskan di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (13/12) lalu.
Mengapa mantan Dirut PLN tersebut memerintahkan Batantekno untuk meiradiasi benih? Pasalnya, sawah yang baru pertama kali dicetak di lahan tersebut hanya akan menghasilkan sedikit beras. “Kalau baru pertama itu masih kurang bagus, tiga ton per hektare untuk tanam pertama,” tuturnya. “Bikin sawah itu harus hati-hati, ini praktik yang historikal,” tambah dia.
Menurutnya, dia tengah mencari cara untuk mematahkan teori yang menyebutkan bahwa sawah yang baru pertama kali dicetak lahannya hanya menghasilkan padi sedikitnya tiga ton per hektare. “Pupuk apa yang bisa melawan teori itu dan benih apa yang bisa melawan teori itu?” katanya.
Lahan seluas tiga ribu hektare tersebut akan di-groundbreaking pada Senin 17 Desember 2012. “Akan diproses pokoknya akan dapat, besok lusa akan groundbreaking, 3.000 hektare di Ketapang, Kalbar. Alat-alat berat sudah di sana,” katanya.
Upaya tersebut dilakukan Dahlan untuk memenuhi target mencetak lahan sawah sebanyak 100 ribu hektare yang kini baru dipastikan untuk tahap awal sebanyak tiga ribu hektare di Ketapang. (kie/rmol)

Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan Panen Raya Padi di Desa Bango Demak

 

Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan Panen Raya Padi di Desa Bango Demak


Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan menyanjung para pelajar SMK di Kabupaten Demak karena telah berhasil memberikan andil yang cukup besar terhadap kemajuan sektor pertanian. Andil dimaksud berupa penciptaan peralatan mesin pertanian (alsintan), seperti alat perontok padi, jagung dan kacang hijau. Berkat mesin tersebut, tentu saja para petani bisa mengalami peningkatan kesejahteraan.
 
“Merontokkan padi dengan cara konvensional, potensi kehilangan gabah tentu akan lebih besar dibanding jika kita menggunakan mesin. Selain itu juga cukup memakan waktu dan tidak efisien tenaga maupun biaya. Makanya saya benar-benar memuji para pelajar SMK Demak yang telah mampu menghasilkan karya berupa alat perontok padi, jagung dan kacang hijau,” kata Dahlan di sela melakukan panen raya padi di Desa Bango Kecamatan Demak Kota, baru-baru ini. 
 
Mesin yang dimaksud Dahlan Iskan itu sendiri memang sengaja dipamerkan pada acara panen raya. Mesin tersebut menggunakan tenaga diesel, dirancang memilki berbagai fungsi. Selain bisa digunakan untuk merontokkan padi, jagung maupun kacang hijau, mesin itu juga dapat mencacah jerami. Jerami padi maupun kacang hijau cacahan selanjutnya bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak.  
 
Menurut Dahlan, tepat kiranya pelajar SMK di Kabupaten Demak lebih memilih untuk menciptakan mesin-mesin pertanian. Alasannya, sejauh ini Kabupaten Demak memang tercatat sebagai salah satu daerah penyangga pangan nasional. Mayoritas penduduknya juga bermata pencaharian sebagai petani.
 
Dalam acara panen raya itupun Dahlan berkesempatan mencoba mesin perontok padi produk dalam negeri. Menteri yang berpenampilan ala cowboy tersebut menjalankan mesin perontok padi di sawah milik warga setempat.
 
“Jangan dikira sebelumnya saya sudah latihan lho. Ini benar-benar dadakan. Ternyata mesin ini bagus, juga mudah dioperasikan,”  katanya.

Dahlan menyampaikan, mesin buatan anak bangsa ternyata mampu bersaing dengan produk impor. Bahkan lebih efisien karena memiliki fungsi ganda, yakni bisa digunakan sebagai alat bajak juga untuk memanen padi.

“Beberapa waktu lalu saya juga diundang mengikuti kegiatan panen raya di Bantul. Saya sempat mencoba mesin perontok padi buatan luar negeri. Ternyata, justru tidak sebagus mesin ini. Selain terlalu besar dan mahal, juga hanya memiliki fungsi panen. Untuk mengangkutnya ke sawah, petani harus menggunakan truk sehingga diperlukan pula biaya tambahan,” papar Dahlan.

Dijelaskan pula, mesin buatan anak bangsa seharga Rp 50 juta per unit terkategori murah mengingat manfaatnya yang cukup besar. Dengan menggunakan alat itu, potensi kehilangan hasil panen yang dialami petani tak akan mencapai dua persen. Padahal jika menggunakan cara-cara konvensional, petani berpotensi kehilangan hasil panen mencapai 20 persen.  *(Humas Demak-NDR) 

Sumber : http://www.jatengprov.go.id/?document_srl=28057

Dahlan Iskan Senam Bersama Ratusan Warga Pontianak

Dahlan Iskan Senam Bersama Ratusan Warga Pontianak

Senin, 17 Desember 2012 07:49
Menteri BUMN Dahlan Iskan (Dok. Seruu.Com)
Pontianak, Seruu.Com - Menteri BUMN Dahlan Iskan memilih senam bersama ratusan warga di halaman Auditorium Universitas Tanjungpura, Pontianak, Senin (17/12/2012) pagi, sebelum berangkat ke Kabupaten Ketapang.
Dengan gerak yang tetap energik, Dahlan Iskan seolah tidak lelah meski sejumlah aktivitas telah diikuti sehari sebelumnya.

Ia berada di panggung besar yang telah disediakan di depan Auditorium Untan.

Menteri memotivasi peserta yang ikut senam untuk tetap semangat, sesuai motto yang selalu disampaikannya, "Kerja, kerja, kerja".

Dahlan Iskan tiba di Pontianak pada Minggu (16/12) malam. Menggunakan bis milik Perum Damri, ia menghadiri acara makan malam di salah satu restoran di Jalan Gajah Mada Pontianak.

Dahlan Iskan ke Ketapang untuk melakukan penanaman perdana padi di atas lahan yang dikelola BUMN.

Di Kabupaten Ketapang, direncanakan lahan untuk kawasan pangan itu mencapai 40 ribu hektare. Sedangkan yang digunakan untuk lokasi penanaman perdana tersebut 3.000 hektare.

BUMN yang terlibat di antaranya PT Sang Hyang Sri, PT Hutama Karya dan PT Indra Karya.

Petani tetap menjadi pemilik lahan sementara konsorsium BUMN membantu infrastruktur dan sarana penunjang.

"Kawasan pangan yang dikelola BUMN ini merupakan yang pertama di Indonesia," kata Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalbar, Hazairin, yang mewakili Gubernur Kalbar Cornelis. [ant]

Sumber : http://mobile.seruu.com/utama/dunia-agro-dan-industri/artikel/dahlan-iskan-senam-bersama-ratusan-warga-pontianak

Dahlan Iskan Datang ke Padang Untuk Bertemu Keluarga El Qudsi

Dahlan Iskan Datang ke Padang Untuk Bertemu Keluarga El Qudsi

Sabtu, 29 Desember 2012 17:00
Menteri BUMN Dahlan Iskan (Dok. Seruu.Com)
Jakarta, Seruu.com - Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan mendatangi keluarga besar anggota DPR RI Mohammad Ichlas El Qudsi di Tabing, Kota Padang, Sumatera Barat guna meminta maaf secara langsung.
"Saya datang ke Padang khusus dalam rangka mengunjungi keluarga besar Pak El Qudsi untuk menyampaikan permohonan maaf," kata Dahlan usai bertemu dengan keluarga anggota DPR asal Dapil 1 Sumbar yang akrab disapa Michel itu, Sabtu(29/12/12).

Dahlan meminta maaf kepada keluarga anggota DPR Fraksi PAN itu setelah keliru memberi laporan ke Badan Kehormatan DPR soal dugaan pemerasan terhadap BUMN Marpati Airline.

Didampingi Walikota Padang Fauzi Bahar dan Chief Operating Officer (COO) Riau Pos Group Divre Padang, Sutan Zaili Asril, Dahlan mengaku khusus mendatangi rumah keluarga El Qudai sebagai wujud ketulusan dan kesungguh-sungguhannya.

"Ini datang dari hati yang paling kecil, karena keiklasan harus diperlihatkan. Namun ini semua masih belum cukup, karena masih ada pertanggungjawaban kepada Allah SWT," kata Dahlan.

Ada istilah yang menyatakan, kata Dahlan, apabila bawahan salah, yang bertanggungjawab tetap pimpinannya, dan inilah yang tengah dia perlihatkan.

Dahlan tiba di rumah ibu Mohammad Ichlas El Qudsi sekitar pukul 10.00 WIB, disambut keluarga anggota DPR RI itu. Dia disuguhi "lamang tapai" ala Padang oleh ibunda El Qudsi.

Selanjutnya Dahlan makan bersama dengan keluarga anggota DPR itu, bersama Walikota Padang dan sejumlah tokoh yang berhadir.

El Qudsi mengatakan, Dahlan ke Padang ingin bertemu dengan keluarga besarnya demi menyampaikan maaf yang diterimanya dengan baik.

"Kita juga mengapresiasi kebesaran jiwa Pak Dahlan yang diperlihatkan beliau kepada keluarga besar kami di Padang," ujarnya.[Ant/Wr]

Sumber : http://mobile.seruu.com/utama/dunia-agro-dan-industri/artikel/dahlan-iskan-datang-ke-padang-untuk-bertemu-keluarga-el-qudsi

Dahlan Iskan Dukung Sumsel Sebagai Lumbung Energi

Dahlan Iskan Dukung Sumsel Sebagai Lumbung Energi


Menteri BUMN Dahlan Iskan (Dok. Seruu.Com)

Palembang, Seruu.Com - Menteri BUMN Dahlan Iskan mendukung Program Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan menjadikan provinsi tersebut sebagai lumbung energi.
Sudah seharusnya Sumsel menjadi lumbung energi dan sebagai pemasok energi bagi provinsi lain, kata Menteri BUMN Dahlan Iskan ketika melakukan kunjungan kerja di Palembang, Jumat (2/11/2012).

"Saya sangat prihatin melihat kondisi listrik di Sumsel pada 2010 lalu karena mengalami krisis atau defisit energi sangat parah yang berdampak terjadi pemadaman bergilir, padahal provinsi ini memiliki sumber energi yang cukup banyak," ujar dia.

Krisis energi listrik tersebut sudah mampu diatasi berkat kerja keras karyawan PT PLN yang berupaya dengan sungguh-sungguh menyediakan listrik yang cukup untuk menunjang pesta olah raga tingkat Asia Tenggara "SEA Games" di Palembang pada November 2011 lalu.

Sejak 2011 lalu hingga sekarang ini Sumsel telah menjadi provinsi pemasok listrik ke provinsi terdekat seperti Lampung, karena memiliki kelebihan energi listrik sebesar 400 megawatt.

Kondisi ini perlu dipertahankan dengan menjaga keandalan pembangkit yang ada serta menyediakan pembangkit baru yang bisa memanfaatkan sumber energi yang belum dimanfaatkan secara maksimal agar biaya operasional pembangkit listrik bisa lebih efisien.

Pembangkit baru yang efisien itu seperti pembangkit listrik menggunakan bahan bakar gas alam terkompresi (Compressed Natural Gas-CNG) yang sedang dibangun di sekitar kawasan komplek fasilitas olah raga Jakabaring, Palembang, kata Menteri BUMN itu. [ant]

Sumber : http://mobile.seruu.com/utama/dunia-agro-dan-industri/artikel/dahlan-iskan-dukung-sumsel-sebagai-lumbung-energi

Dahlan Iskan: Beberapa perusahaan manja

Dahlan Iskan: Beberapa perusahaan manja

Oleh Nurbaiti

 
 
JAKARTA: Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara Dahlan Iskan membantah pencabutan pembatasan (capping) rekening listrik maksimum sebesar 18% dari rekening sebelumnya bagi pelanggan industri akan berdampak buruk terhadap sektor industri secara keseluruhan.

Pasalnya, kata dia, hanya beberapa pengusaha besar yang menentang pencabutan capping tarif listrik bagi pelanggan industri. “Mereka [beberapa pengusaha besar] sudah terlalu manja dan tidak menggunakan akal sehat. Mereka juga menyuarakan seolah-olah keseluruhan industri terkena dampak pencabutan capping ini, padahal hanya sebagian kecil,” ujar dia melalui keterangan pers, hari ini.

Dia menjelaskan hanya industri yang selama ini mendapatkan kemanjaan enak, berupa tarif listrik yang lebih murah dibandingkan dengan industri sejenis lainnya, yang menentang pencabutan capping.

“Mereka mau hanya industrinya saja yang hidup dan mengalahkan industri lainnya, serta membiarkan industri listrik kesulitan. Mereka minta terus dimanjakan dan dininabobokan. Saya akan lawan kemanjaan dan cara berpikir seperti ini.”

Bila beberapa industri beralasan pencabutan capping tarif listrik tersebut akan menurunkan daya saing mereka, kata dia, tentunya perlu dipertanyakan kenapa industri sejenis lainnya yang sudah membayar listrik tanpa capping tidak kalah bersaing.

Selama ini, imbuh dia, industri lain sejenis yang jumlahnya lebih banyak sudah membayar listrik dengan tarif yang normal. Dahlan juga mempertanyakan alasan klasik beberapa industri yang mengatakan momentum pencabutan capping tarif tersebut tidak tepat.

Dia mencontohkan ketika menjelang puasa, tahun ajaran baru, dan menjelang tahun baru disebutkan momentumnya tidak tepat. Bahkan, lanjut dia, pada musim hujan dan musim kemarau dikatakan momentumnya tidak tepat.

“Mungkin menjelang ulang tahun mereka pun, mereka katakan momentumnya tidak tepat. Bagaimana mungkin ada yang mengkaitkannya [pencabutan capping listrik] dengan harga cabe. Sangat tidak logis karena modal utama pengusaha itu harus berpikir logis.”

Menurut Dahlan, bila kemanjaan beberapa kalangan industri itu tidak segera dilawan, bukan hanya industri listrik yang tidak akan berkembang, tetapi bangsa ini juga tidak akan maju karena pada gilirannya keseluruhan perekonomian mengalami kesulitan.

“Saya menduga jangan-jangan daya saing ekonomi kita tidak bagus justru karena sikap mental manja pengusaha jenis ini. Saya akan lawan,” tegas Dahlan. (MSU)

Sumber : http://bisnis-jabar.com/index.php/berita/17126

Dahlan Iskan temui SBY, tak boleh diliput

Dahlan Iskan temui SBY, tak boleh diliput

Oleh Linda T. Silitonga



JAKARTA: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono hari ini menerima Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Dahlan Iskan di Istana Negara pada pukul 09.30 WIB. Biro Pers dan Media Istana Kepresidenan menginformasikan agenda Dirut PLN Dahlan Iskan yang akan diterima Kepala Negara merupakan agenda internal Presiden yang tidak terbuka untuk diliput wartawan.

Setelah melakukan pertemuan dengan Dirut PLN, Presiden Yudhoyono akan menggelar sidang kabinet bidang Polhukam di Kantor Presiden yang ada di lingkungan Istana Presiden mulai pukul 10.00 WIB.

Sebelumnya Menkopolhukam Djoko Suyanto menjelaskan pada wartawan bahwa pada 17 Januari atau hari ini, Presiden akan mengggelar rapat yang antara lain bertujuan guna menuntaskan kasus yang melibatkan mafia hukum Gayus Tambunan.

Dalam rapat tersebut di samping akan dihadiri sejumlah menteri juga akan dihadiri lembaga penegak hukum. Dalam rapat tersebut rencananya juga akan dihadiri Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Satgas Pemberantasan Mafia Hukum. (MSU)

Sumber : http://bisnis-jabar.com/index.php/berita/dahlan-iskan-temui-sby-tak-boleh-diliput